Sabtu, 15 Agustus 2015

Saluran Cacing Untuk Padi Sawah

Saluran cacing untuk pada sawah tadah hujan di Kabupaten Ketapang sangat bermanffat bagi petani. Selain mengendalikan keasaman tanah. Saat musim kemarau melalui saluran ini kita dapat mengatur kebutuhan tanaman padi petak per petak. Ini  adalah sebauah contoh saluran cacing cacing ada di desa Sungai Pelang Kecamatan Matan Hilir Selatan. Tepatnnya di lokasi percontohan P4s Angin Mamiri

Minggu, 09 Agustus 2015

Kunjungan Pendamping Peetani Sahabat Petani Universitas TanjungPura

Kunjungan Pendamping Peetani Sahabat Petani Universitas TanjungPura

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAST

Penyakit blas yang disebabkan cendawan Pyricularia grisea kendala utama pertanaman padi gogo, daerah pasang surut dan rawa. Daerah endemiknya berada di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat (Sukabumi). Khususnya blas leher, menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jawa Barat (Sukabumi, Kuningan), Lampung (Tulang Bawang, Lampung Tengah) dan Sulawesi Selatan
Serangan blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangannya dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehinggapengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.

Pengendalian:
  • Ketahanan Varietas. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan Batutegi.
  • Pemakaian jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
  • Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkorelasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran.
Pendekatan Kimiawi:
  • Perlakuan benih. Pengendalian penyakit blas akan efektif apabila dilaksanakan sedini mungkin, hal ini disebabkan karena penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida sistemik seperti pyroquilon (5-10 g/kg benih).
  • Cara perendaman benih (soaking). Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama periode ini larutan diaduk sampai merata setiap 6 jam. Perbandingan berat benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih yang telah direndam dianginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut disebarkan di lahan gogo. Pada padi sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
  • Cara pelapisan (coating). Cara ini lebih efektif dari pada cara pertama dan lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida yang digunakan dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, benih dikeringanginkan dengan cara yang sama seperti metode sebelumnya dan selanjutnya siap tanam.
  • Penyemprotan tanaman. Efikasi fungisida untuk perlakuan benih hanya bertahan 6 minggu dan selanjutnya perlu diadakan penyemprotan tanaman. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (heading 5%).
  • Beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas adalah yang mengandung bahan aktif isoprotionalane, benomyl+mancoseb, kasugamycin dan thiophanate methyl. (Santoso dan Anggiani Nasution, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi).

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas:
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
  2. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
  3. Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
  4. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif pathogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
  5. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
  6. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
  7. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
  8. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
  9. Pemakaian jerami sebagai kompos.

Demikian sedikit ulasan mengenai penyakit blast pada tanaman padi, semoga dapat membantu para pembaca sekalian   {http://agri-tani.blogspot.com/2012/12/pengendalian-penyakit-blast.html}

Sabtu, 08 Agustus 2015

Musim Tanam Kemarau III Harus dengan Solar

Musim tanam gadu ke III tahun 2015 harus menggunakan popmpa disel, karena air hujan memang sudah tidak ada.

Kamis, 14 Mei 2015

Som Oh dan Santol, Buah Unik Thailand yang Jadi Pencuci Mulut (2)

Jakarta - Buah tropis Thailand terkenal karena kualitasnya. Dalam setiap sajian penutup, buah segar sering disertakan sebagai pencuci mulut. Bebrapa jenis buah merupakan buah khas Thailand.

Selain Som Oh atau pamelo ada juga Ma-Muang, mangga Thailand yang berkulit agak kuning yang renyah dan manis. Karenanya buah menjadi santapan wajib melengkapi menu utama di Thailand Di asanya asam , sering dijadikan manisan, agar rasanya tak terlalu kecut. (Tania Natalin Simanjuntak - detikFood)

Jumat, 03 April 2015

Pengendalian penyakit Blast Pada tanaman Padi

Salam Pertanian! kali ini  saya akan berbagi informasi tentang Usaha Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi. Secara garis besar materi penyuluhan ini berasal dari badan litbang pertanian. Serangan Penyakit Blas cukup menjadi perhatian di lingkup balai penyuluhan angkinang karena  pada MH 2012/2013 lalu, indikasi serangan penyakit ini di persawahan petani cukup banyak.
 Penyakit blas/ bercak belah ketupat pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur ini berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam rapat sehingga mempunyai kelembaban yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan jamur tersebut juga akan semakin tinggi jika pemupukan tanaman padi menggunakan urea secara berlebihan.
Gejala penyakit blas atau bercak belah ketupat adalah pada daun dan pelepah terdapat bercak-bercak berbentuk belah ketupat. Ukuran bercak sebesar 1-1,5 cm X 0,3-0,5 cm. Bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan pinggir berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan lingkungan, kerentanan tanaman dan umur bercak. Jika kondisi lingkungan lembab dan yang terserang adalah tanaman yang rentan maka bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan menyebabkan rusaknya sebagian besar daun.
Pyricularia oryzae juga dapat menyebabkan tangkai malai membusuk dan patah, penyakit ini biasa kita sebut busuk leher. Jika infeksi terjadi sebelum pengisian bulir dapat menyebabkan kehampaan bulir padi. Tidak hanya daun dan malai batang juga dapat terinfeksi sehingga batang padi membusuk dan rebah.
  • Usaha -Usaha Pencegahan dan Pengendalian meliputi;
  •  Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi, salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT ( Organisasi Penganggu Tumbuhan), antara lain dengan :
  •  a). Penggunaan vaietas tahan & pembenaman jerami.
     Penggunaan varietas baru dan tahan terhadap blas sangat dajurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : 1) Inpari 13; 2) Luk ulo; 3) Silungongo; 4) Batang Piaman; 5) Inpago dan lain-lain. Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk berkembang.
     b) Pemupukan berimbang.
     Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapang.
     c) Waktu tanam yang tepat,
    Pengaturan tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas yang berat, keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanamanpadi spesifik lokasi; 2). Penggunaan Fungisida Kimia & Nabati; a) Fungisida Kimia dianjurkan bagi yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistematik di pasaran misalnya: mikocide 70, Trycyclazole, Amistartop, Score, Pyoguilon. ;
  •  Fungisida Nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter sp dan Gliocldium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif tanaman padi.
  • Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan yang sederhana.
    Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan lingkungan, terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah.
    Tingkat populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan dengan produksi dan perkembangan penyakit blas. Jarak tanam rapat dan jumlah benih yang banyak menciptakan iklim mikro yang optimum untuk perkembangan penyakit blas.
    Pemupukan; Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam. Varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman. Untuk tanah PMK dianjurkan menggunakan pupuk 60 - 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kg KCl per hektar. Pemberian Nitrogen lebih rendah dapat dilakukan terhadap varietas kurang tahan blas.
    Untuk varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kg KCl per hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung Silikat 300 kg/ha dapat menurunkan kerusakan blas dari 90 % menjadi 48 %.
  • Penggunaan Fungisida; Hampir 30 - 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida sistemik seperti Pyroquilone 50 WP sebanayak 8 g/kg benih sangat diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida Tricyclazole pada saat bunting dan berbunga.
  • Kamis, 26 Maret 2015

    Kelopmpoktani Desa Pesaguan Kiri Kunjungi P4S Angin Mamari

    Para petani desa Pesaguan Kiri Kecamatan Matan Hilir selatan adakan kunjungan ke  Lokasi P4S desa sui Pelang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk melihat secara nyata pengembangan padi dengan sistim sumur pantek. Dengan cara ini sawah dapat ditanami 3 kali dalam satu tahun. Kades pesaguan kiri menjelaskan bahwa ada 12 kelompok didesanya 10 hadir untuk ikut kunjungan ke Desa Sungai Pelang. Ia berharap petani dapat mencontoh pertanaman padi yang di kelola oleh P4S angin mamiri. Ditegaskan bahwa penggunaan sumur  bor pada lahan tadah hujan mampu meningkatkan produktifitas dan intensitas panen. Sebelumnya petani desa ini hanya menanam satu kali dalam satu tahun. Dengan adanya sumur ini ternyata petani dapat meningkatkan intensitas panen dari satu kali menjadi dua kali

    Jumat, 20 Maret 2015

    Tanam padi sistem jajar legowo

    Dalam upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani.Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.


    Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
    Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi.
    PENGERTIAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
    Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
    Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
    1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
    2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
    3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
    4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
    5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
    PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
    Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten bahwa modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
    Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
    Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
    Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
    sistem tanam jajar legowo (2 : 1)
    Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
    Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
    sistem tanam jajar legowo (3 : 1)
    Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
    Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
    sistem tanam jajar legowo (4 : 1)
    Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).
    Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut ;
    Jajar legowo (2 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
    Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
    Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
    Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
    Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
    Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.
    Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah ;
    1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
    2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
    3. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
    4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
    5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
    Dengan budi daya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
    Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
    Demikian sedikit yang bisa diuraikan tentang sistem tanam jajar legowo semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk memperbaiki dan mengembangkan tulisan ini sehingga didapatkan daya manfaat yang lebih besar.
    http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/01/30/tanam-padi-sistem-jajar-legowo/

    Rabu, 11 Maret 2015

    Menuju Pulau sawi

    Pulau kecil di kecamatan Kendawangan ini merupakan salah satu dstinasi wisata yang makin populer. Banayaknya wisatawan yang hibi mancing, treveling, snorkeling dll menjadikan obyek wisata pulau kecil ini menjadi pilihan.

    Selasa, 03 Maret 2015

    Sungai lang mulai coba tanam padi dengan teknologi Haston.

    Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan  Swadaya Angin mamiri 


    mulai coba tanam padi dengan teknologi Haston. Cara ini merupakan yang pertama kalinya di Kabupaten Ketapang. Adapun tanam padi dengan  teknik Hazton ini, bibit yang ingin ditanam satu atau dua batang,tetapi langsung ditanam hingga mencapai 20-25 tanaman . Untuk itu  sistem pencabutannya dari tempat pembibitan harus hati-hati usahakan akarnya tidak banyak putus, agar tanaman padi tidak stres atau terhenti pertumbuhannya. Dan ternyata dengan  teknik ini bisa dipakai untuk semua varietas dan bisa tumbuh baik meski di lahan basah maupun kering.  Adapun para petani yang menggunakan teknik ini, padi akan masak serentak, karena umumnya adalah tanaman utama bukan anakan sekunder, sehingga akan memudahkan petani karena tidak memanen hingga dua kali.Hasilnya juga akan berlipat karena kalau tanam 1 satu atau  dua batang rumpunnya akan terjadi bisa lebih dari dua batang, at dan bahkan lebih atau bisa saja 40 batang. Dengan haston karena dimulai dengan 10-20 anakan, minimal anakannya adalah 10 batang- 20 batang dan bila beranak akan lebih dari 20 batang. Teknologi ini terbukti dapat melipatkan produksi beberapa kali lipat,

    Rabu, 25 Februari 2015

    Sawah Modern dengan Mekanisasi



    Dinas Pertanian dan Kehawanan Kabupaten Ketapang mulai mengembangkan sawah modern. Bertempat di Komplek Demarea Desa Sungai Awan telah diperagakan  mesin  panen pada  penggolahan sawah modern.  Percontohan ini  untuk mendukung  luasnya lahan pertanian di kab Ketapang sementara  tenaga kerja terbatas. Karena itu  sawah modern dengan alat mekanisasi  pertanian  menjadi salah satu pilihan .  Sebagai conoth Untuk menenam satu hektar  sawah  hanya memerlukan waktu tiga jam untuk menanam padi. Keadaan ini sungguh nyata terjadi jika menggunakan mesin tanam padi. Demikian pula waktu panen, dengan mesin panen,  beberapa jam saja ,  beberapa menit panen,  gabah sudah masuk ke karung langsung  disawah.  Dengan cara tanam tersebut tentu dapat menghemat tenaga kerja, waktu serta yang menggiurkan adalah hasil panen lebih memuaskan. Per hektar mampu menghasilkan 12 ton gabah. Kepala Bidaang Tanaman pagnan pada Dinas Pertanian dan Kehawanan Kabupaten Ketapang  Ir. Ahmad Kumaidi Menjelaskan, di sector pertanian tanaman pangan terutama  padi waktu pengolahan tanah, tanam dan panen sangat memerlukan tenaga kerja yang banyak. Apalagi bila tanam dan panen padi biasanya bersamaan dengan sawah petani lainnya,, saat inilah kita memerlukan mekanisasi pertanian yang dapat menghemat tenaga kerja. Dengan mekanisasi pertanian tak hanya tenaga dan waktu yang di hewat, tetapi juga menjanjikan efisiensi dan keuntungan usahatani yang lumayan. Karena itu mekanisasi menjadi alternatip penting untuk menggarap sawah yang luas di tanah kayong ini.  Mekanisasi  bisa jadi penmgusaha memiliki alat ini dapat menjadi peluang bagus bagi para pemodal  terutama untuk  membantu para petani dan membantu program pemerintah menuju swasembada beras. Jika sekarang petani sulit mendapatkan tenaga-tenaga yang mau bekerja di sawah, maka dengan mesin olah tanam ini semuanya dapat diatasi. Dengan menyewakan pada petani tentu menjadi peluang usaha bagi para petani besar yang lahannya luas, dan tentu saja dengan sekaligus menyiapkan operatornya. Permasalahannya tinggal menghitung berapa harga mesin ini dan kira-kira sampai kapan dapat kembali modal. Perlu analisis usaha yang lebih detail lagi dalam memutuskannya

    Minggu, 08 Februari 2015

    P4S Sungai Pelang Coba Haston

    P4S sungai Pelang  pada musim tanam gadu 2015 ini mulai menyemai bibit padi untuk coba metode Haston. Areal yang ditanam seluas 3 ha dengan varitas padi micongga . Pembina P4s Angin mamiri sungai pelang Hadi Kusuma mangatakan, kita akan coba  membuat demfarm seluas 3 ha, dengan jumlah benih 300 kg semoga cukup untuk 3 ha. Untuk  cara tanam dengan methode 2 baris, legowo. Rencananya kita akan menggunakan varitas unggul impara 2 yang tahan zat besi dan rasa nasi pulen, tapi untuk padi ini di kalbar sulit  di cari. Kita memang memilih varitas padi yang enak (pulen) karena konsumen menginginkan jenis padi ini. Ia berharap demfarm ini berhasil , apalagi dengan methode haston yang baru pertama kali di usahakan. Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan, Swadaya (p4s) diharapkan menjadi contoh bagi petani sekitarnnya, karena petani belajar dengan petani lebih efektip

    Sabtu, 07 Februari 2015

    Penanganan Panen dan Pasca Panen

     


    Tahukan anda bahwa kehilangan hasil akibat salah pengelolaan cukup tinggi (21%). Kalau 20 persen kali 5 ton berapa. Kehilangan tersebut dapat berupa  menurunkan mutu beras, karena itu penanganan lepas panen sangat penting dilakukan . Rendahnya mutu gabah disebabkan oleh tingginya kadar kotoran dan gabah hampa serta butir mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen beras giling yang diperoleh . Beberapa  keadaan  yang timbul misalnya butir mengapur  yang cukup tinggi. Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor genetika, juga dipengaruhi oleh teknik pemupukan dan pengairan, sedangkan kadar kotoran dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu cara perontokan. Oleh karena sebagian besar pemanen merontok padinya dengan cara dibanting atau dengan menggunakan pedal thresher, maka gabah yang diperoleh mengandung kotoran dan gabah hampa cukup tinggi.  Kehilangan hasil panen dan rendahnya mutu gabah terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan sehingga sasaran utama penelitian pascapanen padi saat itu dititikberatkan kepada penelitian komponen teknologi pemanenan, perontokan sampai kepada rekayasa sistem pemanenan padi.

    Kamis, 05 Februari 2015

    Terong Kopek Ungu

    Terong Kopek ungu merupakan tanaman sayuran yang menguntungkan, meski harganya turun naik, namun kebutuhan akan sayur terong ini masih cukup banyak. Syaratnya pendekatan pasar sangat perlu agar bila berproduksi mudah memasarkannya.

    Jumat, 30 Januari 2015

    Tanam Gadu, Pilih Yang Umur Pendek

    Untuk musim tanam gadu ini para petani di anjurkan untuk memilih jenis padi varietas umur pendek untuk menyiasati kebutuhan air. Dengan umur pendek , berharap memanen padi lebih cepat sehingga dapat meneruskan musim tanam berikutnya selagi hujan masih turun .  Hadi Kusuma tokoh msyarakat  Sungai Pelang  mengatakan, Pada musim gadu biasanya   persediaan terbatas. Kalau tidak segera tanam, saya khawatir keburu kemarau datang,”  Petani yang memiliki lahan seluas 3 hektar itu menyebutkan, beberapa varietas padi yang umurnya pendek  Inpari 10, Ciherang, micongga,  Inpara. Jenis padi tersebut dapat dipanen sekitar 3-4 bulan.  Para petani Desa Sungai Pelang, misalnya, yang selesai menyiapkan persemaian benih padi jenis micongga  untuk ditanam pada musim tanam hujan tahun ini. Menurut dia, padi micongga  usianya sangat pendek, dan dapat dipanen pada usia 120  hari setelah ditanam.“Selain tidak dapat memulai sesegera masa tanam, selanjutnya jika terlambat panen dibandingkan dengan lahan yang lain, saya khawatir padi saya terserang  hama dari sawah yang berada di hamparan yang sama,” 

    Rabu, 28 Januari 2015

    Kegiatan Panen di P4s Sunagai Pelang


     Aktivitas Panen dan pasca panen di P4S Angin mamiri Desa Sungai Pelang Kecamatan Matan Hikir Selatan , Ketapang



    Selasa, 27 Januari 2015

    Petani Mulai Minati Padi Varitas " Mekongga"

     Melihat hasil  yang menggembirakan petani desa sungai pelang mulai melirik  varitas padi  "Mekongga".  Padei ini sebenarnya sudah lama dilepas Deptan, sejak tahun 2004, baru sekarang  populer di tanah kayong.  Menurut diskirpsinya  varitas ini merupaka tergolong pulen  alias enak  . karena merupakan  hasil persilangan antara padi jenis Galur A2970 yang berasal dari Arkansas Amerika Serikat, dengan varietas yang sangat populer di Indonesia yaitu IR 64.  Umur  genjah  yaitu hanya 116 hingga 125 hari. Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm. Anakan produktif 13-16 batang. Bentuk gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23 persen. Bobot 1000 butir gabah Mekongga yaitu 28 gram sehingga kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 8,4 ton per hektar dengan budidaya yang tepat tentunya.


    Sabtu, 24 Januari 2015

    Varitas Micongga Hasilkan 6- 10 ton/ha

    Hasil ubinan petak sawah P4S angin mamimiri terendah 6 ton per ha dan tertinggi 10 ton  dari varitasmini  micongga . Dua tigsa hari ini akan dapat hasil riel setelah panen keseluruhan kata Hadi Kusuma pemilik lahan yang juga pembina P4 S angin Mamiri Sungai Pelang.Pertumbuhan varitas micongga yang merata dan produksi tinggi, dengan rasa nasi enak menjadi semangat bagi petani di sekitarnnya untuk mengembangkan varitas padi ini. Varitas ini baru pertama kali di tanam di desa ini 



    Pak Boi Coba Tanam Varitas unggul Inpari

     Pak Boi demikian warga memanggil nama petani asal dusun sukun desa sungai pelang ini. Melihat percontohan P4S yang berhasil menanam padi 3 kali dalam satu tahun, menarik minat pewtani ini untuk mencoba menanam varitas unggul. Melihat batang dan daunnya nampak menggembirakan, ia berharap tahun ini dapat hasil yang lumayan. Untuk musim tanam kedua ia berharap juga ikut menanam padi gadu
    (Sawah Pak Boi mulai mengeluarkan bunga, Ampar kate orang Ketapang)