Salam Pertanian! kali ini saya akan berbagi informasi tentang Usaha
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi. Secara
garis besar materi penyuluhan ini berasal dari badan litbang pertanian.
Serangan Penyakit Blas cukup menjadi perhatian di lingkup balai
penyuluhan angkinang karena pada MH 2012/2013 lalu, indikasi serangan
penyakit ini di persawahan petani cukup banyak.
Penyakit blas/ bercak belah ketupat pada
tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur ini
berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam rapat sehingga
mempunyai kelembaban yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan jamur tersebut juga
akan semakin tinggi jika pemupukan tanaman padi menggunakan urea secara
berlebihan.
Gejala
penyakit blas atau bercak belah ketupat adalah pada daun dan pelepah terdapat
bercak-bercak berbentuk belah ketupat. Ukuran bercak sebesar 1-1,5 cm X
0,3-0,5 cm. Bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan pinggir
berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak dapat bervariasi sesuai dengan
keadaan lingkungan, kerentanan tanaman dan umur bercak. Jika kondisi
lingkungan lembab dan yang terserang adalah tanaman yang rentan maka
bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan menyebabkan rusaknya sebagian besar
daun.
Pyricularia
oryzae juga dapat menyebabkan tangkai malai membusuk dan patah, penyakit ini
biasa kita sebut busuk leher. Jika infeksi terjadi sebelum pengisian bulir
dapat menyebabkan kehampaan bulir padi. Tidak hanya daun dan malai batang juga
dapat terinfeksi sehingga batang padi membusuk dan rebah.
a). Penggunaan vaietas tahan & pembenaman
jerami.
Penggunaan varietas baru dan tahan terhadap
blas sangat dajurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : 1)
Inpari 13; 2) Luk ulo; 3) Silungongo; 4) Batang Piaman; 5) Inpago dan
lain-lain. Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk
organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk
berkembang.
b) Pemupukan berimbang.
Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada
daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang
tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar
dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal
lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak
akan berkembang di lapang.
c) Waktu tanam yang tepat,
Pengaturan
tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman
terhindar dari serangan penyakit blas yang berat, keadaan ini memerlukan data
iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanamanpadi spesifik lokasi; 2).
Penggunaan Fungisida Kimia & Nabati; a) Fungisida Kimia dianjurkan bagi
yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama
secara terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja
secara sistematik di pasaran misalnya: mikocide 70, Trycyclazole, Amistartop,
Score, Pyoguilon. ;
Fungisida
nabati juga dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan yang sederhana.
Keberhasilan
pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan lingkungan,
terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat
kesuburan tanah.
Tingkat
populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan dengan produksi dan
perkembangan penyakit blas. Jarak tanam rapat dan jumlah benih yang banyak
menciptakan iklim mikro yang optimum untuk perkembangan penyakit blas.
Pemupukan;
Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah,
jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam. Varietas yang rentan
dengan peningkatan takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang
blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman. Untuk tanah PMK
dianjurkan menggunakan pupuk 60 - 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kg KCl per hektar.
Pemberian Nitrogen lebih rendah dapat dilakukan terhadap varietas kurang tahan
blas.
Untuk
varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kg KCl
per hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung Silikat 300 kg/ha dapat
menurunkan kerusakan blas dari 90 % menjadi 48 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar