Sabtu, 15 Agustus 2015

Saluran Cacing Untuk Padi Sawah

Saluran cacing untuk pada sawah tadah hujan di Kabupaten Ketapang sangat bermanffat bagi petani. Selain mengendalikan keasaman tanah. Saat musim kemarau melalui saluran ini kita dapat mengatur kebutuhan tanaman padi petak per petak. Ini  adalah sebauah contoh saluran cacing cacing ada di desa Sungai Pelang Kecamatan Matan Hilir Selatan. Tepatnnya di lokasi percontohan P4s Angin Mamiri

Minggu, 09 Agustus 2015

Kunjungan Pendamping Peetani Sahabat Petani Universitas TanjungPura

Kunjungan Pendamping Peetani Sahabat Petani Universitas TanjungPura

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAST

Penyakit blas yang disebabkan cendawan Pyricularia grisea kendala utama pertanaman padi gogo, daerah pasang surut dan rawa. Daerah endemiknya berada di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Jawa Barat (Sukabumi). Khususnya blas leher, menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jawa Barat (Sukabumi, Kuningan), Lampung (Tulang Bawang, Lampung Tengah) dan Sulawesi Selatan
Serangan blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangannya dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehinggapengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.

Pengendalian:
  • Ketahanan Varietas. Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan Batutegi.
  • Pemakaian jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
  • Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkorelasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran.
Pendekatan Kimiawi:
  • Perlakuan benih. Pengendalian penyakit blas akan efektif apabila dilaksanakan sedini mungkin, hal ini disebabkan karena penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida sistemik seperti pyroquilon (5-10 g/kg benih).
  • Cara perendaman benih (soaking). Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama periode ini larutan diaduk sampai merata setiap 6 jam. Perbandingan berat benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih yang telah direndam dianginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai benih tersebut disebarkan di lahan gogo. Pada padi sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
  • Cara pelapisan (coating). Cara ini lebih efektif dari pada cara pertama dan lebih cocok untuk lahan kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida yang digunakan dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, benih dikeringanginkan dengan cara yang sama seperti metode sebelumnya dan selanjutnya siap tanam.
  • Penyemprotan tanaman. Efikasi fungisida untuk perlakuan benih hanya bertahan 6 minggu dan selanjutnya perlu diadakan penyemprotan tanaman. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (heading 5%).
  • Beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas adalah yang mengandung bahan aktif isoprotionalane, benomyl+mancoseb, kasugamycin dan thiophanate methyl. (Santoso dan Anggiani Nasution, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi).

Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas:
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
  2. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
  3. Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
  4. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif pathogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
  5. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
  6. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
  7. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
  8. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
  9. Pemakaian jerami sebagai kompos.

Demikian sedikit ulasan mengenai penyakit blast pada tanaman padi, semoga dapat membantu para pembaca sekalian   {http://agri-tani.blogspot.com/2012/12/pengendalian-penyakit-blast.html}

Sabtu, 08 Agustus 2015

Musim Tanam Kemarau III Harus dengan Solar

Musim tanam gadu ke III tahun 2015 harus menggunakan popmpa disel, karena air hujan memang sudah tidak ada.

Kamis, 14 Mei 2015

Som Oh dan Santol, Buah Unik Thailand yang Jadi Pencuci Mulut (2)

Jakarta - Buah tropis Thailand terkenal karena kualitasnya. Dalam setiap sajian penutup, buah segar sering disertakan sebagai pencuci mulut. Bebrapa jenis buah merupakan buah khas Thailand.

Selain Som Oh atau pamelo ada juga Ma-Muang, mangga Thailand yang berkulit agak kuning yang renyah dan manis. Karenanya buah menjadi santapan wajib melengkapi menu utama di Thailand Di asanya asam , sering dijadikan manisan, agar rasanya tak terlalu kecut. (Tania Natalin Simanjuntak - detikFood)

Jumat, 03 April 2015

Pengendalian penyakit Blast Pada tanaman Padi

Salam Pertanian! kali ini  saya akan berbagi informasi tentang Usaha Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi. Secara garis besar materi penyuluhan ini berasal dari badan litbang pertanian. Serangan Penyakit Blas cukup menjadi perhatian di lingkup balai penyuluhan angkinang karena  pada MH 2012/2013 lalu, indikasi serangan penyakit ini di persawahan petani cukup banyak.
 Penyakit blas/ bercak belah ketupat pada tanaman padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur ini berkembangbiak cepat pada tanaman padi yang berjarak tanam rapat sehingga mempunyai kelembaban yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan jamur tersebut juga akan semakin tinggi jika pemupukan tanaman padi menggunakan urea secara berlebihan.
Gejala penyakit blas atau bercak belah ketupat adalah pada daun dan pelepah terdapat bercak-bercak berbentuk belah ketupat. Ukuran bercak sebesar 1-1,5 cm X 0,3-0,5 cm. Bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan pinggir berwarna coklat. Ukuran dan warna bercak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan lingkungan, kerentanan tanaman dan umur bercak. Jika kondisi lingkungan lembab dan yang terserang adalah tanaman yang rentan maka bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan menyebabkan rusaknya sebagian besar daun.
Pyricularia oryzae juga dapat menyebabkan tangkai malai membusuk dan patah, penyakit ini biasa kita sebut busuk leher. Jika infeksi terjadi sebelum pengisian bulir dapat menyebabkan kehampaan bulir padi. Tidak hanya daun dan malai batang juga dapat terinfeksi sehingga batang padi membusuk dan rebah.
  • Usaha -Usaha Pencegahan dan Pengendalian meliputi;
  •  Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi, salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT ( Organisasi Penganggu Tumbuhan), antara lain dengan :
  •  a). Penggunaan vaietas tahan & pembenaman jerami.
     Penggunaan varietas baru dan tahan terhadap blas sangat dajurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : 1) Inpari 13; 2) Luk ulo; 3) Silungongo; 4) Batang Piaman; 5) Inpago dan lain-lain. Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk berkembang.
     b) Pemupukan berimbang.
     Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapang.
     c) Waktu tanam yang tepat,
    Pengaturan tanam pada saat yang bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas yang berat, keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-wilayah pertanamanpadi spesifik lokasi; 2). Penggunaan Fungisida Kimia & Nabati; a) Fungisida Kimia dianjurkan bagi yang endemi terhadap blas dengan ketentuan menggunakan Pengendalian Hama secara terpadu dan tepat guna. Ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistematik di pasaran misalnya: mikocide 70, Trycyclazole, Amistartop, Score, Pyoguilon. ;
  •  Fungisida Nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual dipasaran misalnya Inokulan/starter sp dan Gliocldium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif tanaman padi.
  • Fungisida nabati juga dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan yang sederhana.
    Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan lingkungan, terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah.
    Tingkat populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan dengan produksi dan perkembangan penyakit blas. Jarak tanam rapat dan jumlah benih yang banyak menciptakan iklim mikro yang optimum untuk perkembangan penyakit blas.
    Pemupukan; Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam. Varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman. Untuk tanah PMK dianjurkan menggunakan pupuk 60 - 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kg KCl per hektar. Pemberian Nitrogen lebih rendah dapat dilakukan terhadap varietas kurang tahan blas.
    Untuk varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kg KCl per hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung Silikat 300 kg/ha dapat menurunkan kerusakan blas dari 90 % menjadi 48 %.
  • Penggunaan Fungisida; Hampir 30 - 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida sistemik seperti Pyroquilone 50 WP sebanayak 8 g/kg benih sangat diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida Tricyclazole pada saat bunting dan berbunga.
  • Kamis, 26 Maret 2015

    Kelopmpoktani Desa Pesaguan Kiri Kunjungi P4S Angin Mamari

    Para petani desa Pesaguan Kiri Kecamatan Matan Hilir selatan adakan kunjungan ke  Lokasi P4S desa sui Pelang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk melihat secara nyata pengembangan padi dengan sistim sumur pantek. Dengan cara ini sawah dapat ditanami 3 kali dalam satu tahun. Kades pesaguan kiri menjelaskan bahwa ada 12 kelompok didesanya 10 hadir untuk ikut kunjungan ke Desa Sungai Pelang. Ia berharap petani dapat mencontoh pertanaman padi yang di kelola oleh P4S angin mamiri. Ditegaskan bahwa penggunaan sumur  bor pada lahan tadah hujan mampu meningkatkan produktifitas dan intensitas panen. Sebelumnya petani desa ini hanya menanam satu kali dalam satu tahun. Dengan adanya sumur ini ternyata petani dapat meningkatkan intensitas panen dari satu kali menjadi dua kali