Jumat, 26 Desember 2014

Wamentan : Hazton Bagian Strategi Tingkatkan Produktivitas Padi

Pontianak (Antara) - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan metode tanam padi pola "Hazton" yang kini dikembangkan di Provinsi Kalimantan Barat, dapat menjadi bagian dari strategi meningkatkan produktivitas padi nasional.
"Kalau hazton diterapkan, jadi luar biasa penambahannya, dan kami akui hasilnya bagus," kata Rusman Heriawan saat panen raya padi "Hazton" di Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Rabu.
Ia menambahkan, di Indonesia luas panen sepanjang tahun adalah 14 juta hektare, dengan kapasitas gabah kering giling berkisar 5,1 ton per hektare.
"Kalau produksi naik satu ton per hektare, artinya ada tambahan yang luar biasa. Tapi selama ini susah karena tidak mampu menjaga kontinuitas," katanya.
Terkait dengan Hazton, meski hasilnya bagus, namun masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut. "Direktur Serealia dan Balitbang agar mengkaji lagi dari sisi kelebihan dan kelemahannya," kata Rusman.
Ia melanjutkan, ada tahapan yang harus dilalui sebelum metode ini diterapkan di daerah lain.
"Hasil yang bagus di sini, lalu kita promosikan dan gagal di tempat lain, nanti kita yang kena. Jadi, ada uji spesifikasi lokasi," katanya.
Terlebih lagi, otoritas untuk melepas metode ada di Kementerian Pertanian. "Tidak hanya varietas," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, penemu metode ini perlu mengusulkan ke Kementerian Pertanian lalu dilakukan uji spesifikasi lokasi.
Kemudian, kalau dalam 5 hingga 6 kali uji lokasi hasilnya tidak berbeda, maka akan membuat Kementan yakin.
"Tapi kita tunggu, Kalbar mau usulkan atau tidak ini menjadi properti nasional," kata Rusman Heriawan.
Berdasarkan hasil ubinan terhadap panen di sawah yang menerapkan metode tersebut, hasil yang diperoleh rata-rata 9,28 ton gabah kering panen per hektare.
Sementara hasil panen menggunakan metode biasa, hanya 4,8 ton per hektare atau naik hampir 100 persen. Secara umum, metode Hazton terbilang mudah dan tidak banyak mengubah kebiasaan petani, yakni masa semaian yang sebelumnya 14 hari menjadi 30 hari, serta jumlah bibit yang ditanam dari 1-5 batang menjadi 20-30 batang per lubang.
Metode ini mulai uji coba pada 2012 oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar. Kepala dinasnya, Hazairin, termasuk yang menginisiasi serta mengawasi secara langsung metode tersebut. Hasilnya, ada yang mampu menghasilkan belasan ton gabah kering panen dalam satu hektare.
Wagub Kalbar Christiandy Sanjaya mengakui pencapaian tersebut sesuatu yang luar biasa. "Terlebih lagi, ekonomi Kalbar sebagian besar ditopang oleh sektor pertanian," ujar Christiandy.
Ia yakin, kalau produktivitas petani di Kalbar mampu ditingkatkan, akan memberi dampak luar biasa baik ekonomi, sosial maupun ketahanan dan keamanan. (ar)

Selasa, 23 Desember 2014

Kusik dan Mentawai Datang Lagi

Kusik atau durian merah buah exotik endemik Kalimantan Kembali muncul. Spesies durian liar ini tidak terlalu komersiel di perdagangkan, karena daging buah tipis, kulit berduri tajam dan sulit di belah. Sifat baiknya adalah warna merah yang menggoda, buah lebih awet karena tak mudah pecah. Varian asli ini bila dikembangkan menjadi buah yang komersiel sangat menjanjikan. Tinggal kita yang harus melestarikannnya sebagai sumber gen plasma nuftah untuk pemulyaan kelak
 Sementara mentawai adalahkeluaga nangka , kluwih dan sukun . Daging buahnnya enak berwarna merah, kuning dan banyak lagi. Bijinya enak dimakan juga endemik Kalimantan sebagai suber gen plasma nuftah keluarga nangka


Senin, 22 Desember 2014

Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Kunjungi P4S Angin Mamiri Sei.Pelang

Komisi Penyuluhan Pertanian Propinsi Kalimantan Barat Ir Purwanto Adakan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Ketapang. Di Ketapang selain mengadakan tatap muka dengan beberapa Penyuluh Pertanian juga sempat mengadakan penijawan ke P4S angin mamiri desa Sungai Pelang. Siwi yang mantan direktur serialia  Kemn pertanian tersebut mengatakan P4s merupakan wadah / tempat penyelengaraan pendidikan dan pelatihan ajar mengajar dari petani dan untuk petani, maupun penyuluhan petani baik dibidang pertanian, pertenakan, perikanan, perkebunan dan lain-lainnya secara berkeranyatan, berkeadilan dan berkelanjutan. Karena itu ia menyambut positif atas prkarsa Bapak Hadi Kusuma yang mau dan mampu mengabdikan dirinya untuk membantu petani di Kabupaten Ketapang untuk meningkatkan kesejahtraannya. P4s juga dapat menjadi wadah petani untuk  mengembangkan peran serta masyarakat mengembangkan system dan usaha agribisnis yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dan keuntungan komparatif wilayah. Juga sarana bagi para penyuluh di segala Dinas – Dinas untuk membina masyarakat tani, peternak dan sebagainya dalam peningkatan Sumber Daya Manusia dan pendapatan petani sendiri.



Rabu, 17 Desember 2014

Petani Kunjungi P4S Angin Mamiri

Tap hari sekurang kurang ada 4-5 orang yang mengunjungi p4s Angin mamiri, mereka umumnya datang untuk berdiskusi, dan bertanya tentang cara bercodcok tanam padi dengan menggunakan sumur pantek. Selain itu bnyak juga yang mengeluhkan soal sulitnnya mencari pupuk dan sarana pertanian yang terbatas.




Selasa, 16 Desember 2014

Kunjungan Kerja Anggota DPRD ke P4S Angin mamimiri


Anggota DPRD Kalimantan Barat Utusan Kab Ketapang dan KKU Abul Ainin , ST mengadakan kunjungan kerja ke Desa Sui Pelang Kec. Matan Hilir Selatan, pada kesempatan tersebut rombongan sempat mengadakan kunjungan lapangan ke Pusat Pelatihan Pertanian, Pedesaan Seadaya (P4S) angin mamiri desa Sungai Pelang Kec. MH Selatan.

Keong Emas Serang Sawah Petani



Keong mas atau disebut warga “tengkuyung  sawah” serang tanaman padi petani di desa pesaguan Kiri kec Matan Hilir  Selatan , kab Ketapang,   Walaupun telah dipungut berkarung-karung, dan di semprot  dengan pestisida tetapi hama pemakan tanaman tersebut, terus saja berkembang biak di sawah. Serangan hewan tersebut, sangat membuat hasil panen berkurang sampai 20 persen hal itu diungkapkan oleh   petani desa Pesaguan kiri Kab Ketapang saat kunjungan kerja anggota DPRD Kalbar Abul Ainen ST. di desa Pesaguan kemaren. Hama ini menyerang daun dan batang tanaman padi, sehingga tanaman terganggu pertumbuhan nya, anakan menjadi berkurang dan pada girirannya produksi padi menurun.
“Walau telah kami  pungut  sampai 4-5 karung banyaknya, tetap saja hama tengkuyung  ini banyak di sawah,” kata  Mastura (40), petani asal Desa pesaguan kiri ini  baru saja menanam  padi , baru beberapa hari selesai hama ini telah melahab habis  anak padi yang mereka tanam. Salah satu penyebab berkembang pesatnya hama ini disebabkan sistim pengairan mereka yang sering tergenang air, saat air dalam ini hama keong ini berkembang dengan pesat. Abul Ainin ST berharap   para petani selalu membersihkan  saluran air agar hama ini tidak berkembang dengan pesat. Anggota DPRD fraksi Gerindra ini  berjanji akan menyampaikan keluhan petani ini kepada Dinas Pertanian Kabupaten maupun Dinas Pertanian Propinsi.


Senin, 15 Desember 2014

Anggota DPRD Kalbar Kunjungi Angin Mamiri

Anggota DPRD Kalbar asal pemilihinen ST , adakan reses di desa sungai Pelang Kecamatan Matan Hilir Selatan. Selain itu juga bertatap muka dengan para petani di Desa Pesagan Kiri Kecamatan Matan Hilir Selatan. Di desa sungai Pelang Abul Ainen ST melihat dari  dekat kegiatan penanaman padi di Lokasi Pusat Pelatihan, Petani, Pedesaan Swadaya P4s Angin mamiri. Abul tekesan dengan  kemampuan kelompok tani yang telah mengadakan penenaman varitas unggul 3 kali dalam satu tahun dan Hasilnya cukup memuasakan. P4s menggunakan pompa bor untuk mengairi sawah pada musim kemarau. Warga desa sungai pelang berharap agar pemerintah dapat membantu pengadaan  sumur boor bagi petani yang tidak mampu. Pembina P4s Desa sungai Pelang Hadi Kusuma berharap petani dapat  milihat dari dekat sawah percontohan yang dikembangkan pihak P4s, bila ini dapat berjalan dengan lancar, dan petani dapat berperan serta niscaya desa ini menjadi desa penghasil beras untuk Kabupaten Ketapang.

Selasa, 09 Desember 2014

INPARA 2 MAMPU TINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI

OLEH : IDA AYU PUTU MAHAINDRI
PPL  WILBIN TUKADMUNGGA KEC.BULELENG
ALAMAT: JLN KI BARAK PANJI GANG PALMA I DESA BAKTISERAGA
NO HP : 085 737 463 447
Varietas Inpara 2 (Inbrida padi rawa)  adalah varietas yang sengaja dilepas  oleh Pemerintah untuk dikembangkan pada lahan  rawa , lahan sejenis ini di Bali Utara banyak ada yang oleh petani Bali dikenal dengan sebutan  lahan Buug /berdrainase buruk. Adapun ciri-ciri spesifik lahan buug tersebut adalah Ph Tanah (part Hidrogen) rendah ± 4,1 – 4,4 , Lapisan olah tanahnya dalam ≥35 cm, Tekstur tanahnya terlalu berlumpur/halus sehingga tidak ada rongga oksigen  dalam tanah, Sepanjang tahun lahan berair dimana air dalam petakan sawah sama tinggi dengan permukaan air pada parit pembuangan sehingga petani susah melakukan pengeringan pada petakan sawahnya, Bila kaki dihentakkan tanah tersebut bergetar/ bergoyang .
Sebelum mengenal Varietas Inpara 2 biasanya lahan tersebut ditanami  dengan Varietas Ciherang, Ir.64, serta Inpari (inbrida padi irigasi), namun produksinya sangat rendah bahkan ada juga yang gagal panen. Namun Varietas  inpara 2 yang mereka tanam di lahan buug tersebut mampu meningkatkan produktivitas padi. Sesuai hasil ubinan yang diambil saat panen Varietas Inpara 2 mampu meningkatkan produksi diatas 20,5% Adapun hasil ubinan Inpara 2 dengan perlakuan pemberian dolomit 10 kg/are (1 ton /Ha) adalah 3,3 kg dengan produktivitas 5,28 ton/ha  pada pembanding diperoleh ubinan 2,35 kg dengan produktivitas 3,76 ton/ha Sementara Varietas  Inpara 2 dengan perlakuan pemberian dolomit 30kg/ha (3ton/Ha) diperoleh hasil ubinan 3,925 kg denganproduktivitas 6,28 ton /ha. Sementara petak pembanding diperoleh data hasil ubinan 3,12 kg dengan produktivitas 4,992 ton/ sehingga terjadi peningkatan produksi 1.288 kg/Ha (20,5%). Varietas  Inpara 2 sangat cocok dikembangkan pada lahan buug agar mampu sukseskan Program P2BN.

Minggu, 07 Desember 2014

Anugerah Besi di Lahan Pasang Surut


Ini fakta menarik dari masyarakat Republik Ceko! Konsumsi bir rata-rata rakyat Ceko mencapai 159,3 liter per tahun atau 0,4 liter per hari. Toh, mereka tetap sehat walafiat karena daya tahan tubuh yang kuat. Bagi yang tidak terbiasa, minum 1?2 gelas bir saja sehari sudah membuat pusing.
Bagi Dr. Ir. Izhar Khairullah, MP, bir itu ibarat besi (Fe) di lahan pasang surut yang berlimpah. Banyak varietas padi yang ?nyerah? tumbuh di lahan pasang surut, tapi ada sebagian padi yang punya daya tahan tubuh kuat. Mereka sanggup hidup dan memberikan hasil yang unik: padi kaya zat besi. ?Bertahun-tahun peneliti padi dunia berupaya menyilangkan-nyilangkan untuk mendapat padi kaya zat besi, tapi belum berhasil hingga saat ini,? kata Izhar.
Ya, kadar besi beras pada padi di lahan pasang surut mencapai 100 ppm. ?Ini potensi besar lahan pasang surut. Besi jangan dipandang sekadar masalah, tapi juga anugerah. Malah ada penelitian fortifikasi beras dengan zat besi. Mirip yodium pada garam,? tutur Izhar. Fortifikasi ialah penambahan zat gizi mikro pada bahan makanan. Umumnya pangan terpilih dikonsumsi luas agar kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi. Contohnya fortifikasi yodium pada garam untuk mencegah gondok. Beras kaya zat besi dibutuhkan untuk menanggulangi kekurangan anemia di masyarakat.
Daya tahan
Menurut Izhar, kadar Fe yang tinggi pada beras hanya dapat ditemukan pada varietas padi yang tahan keracunan besi. ?Tugas kita mencari varietas yang tahan atau dapat menghindar dari keracunan besi. Sementara dari sisi pengelolaan lahan bagaimana mengontrol besi di tanah dan air agar tidak beracun,? tutur doktor lulusan Universitas Gadjah Mada itu. Ibarat masyarakat Ceko yang toleran konsumsi bir berliter-liter, maka varietas padi tahan besi ialah varietas lokal lahan rawa (siam unus dan siam mutiara) dan varietas unggul spesifik rawa (inpara 1 dan inpara 2)
Sementara soal pengelolaan lahan ternyata tak serumit yang dibayangkan orang kebanyakan. ?Masyarakat Suku Banjar, Kalimantan Selatan, sudah mampu mengontrol besi di lahan dengan cara sederhana dan murah,? kata Izhar. Petani Banjar melakukan pengomposan basah jerami dan gulma rawa. Disebut basah karena lahan rawa umumnya tergenang sehingga pengomposan terjadi anaerob. Secara tidak langsung bahan organik yang dibenamkan itu mengurangi jumlah kation besi yang meracuni tanaman.
Menurut Izhar, banyak yang beranggapan padi ?nyerah? hidup di lahan pasang surut karena keracunan saja. Fakta itu benar adanya, tapi hanya sedikit yang tahu, bahwa padi gagal hidup karena besi di tanah menekan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman. ?Di lahan yang besinya berlimpah, maka unsur K, P, dan Mg tidak dapat diserap tanaman,? kata Izhar. Besi yang bermuatan positif akan mengikat P yang bermuatan negatif, sehingga tanaman kekurangan unsur P. Pada banyak kasus tanaman mati akibat nutrisinya tidak terpenuhi.
Formulasi nutrisi
Pantas banyak pupuk yang diberikan di lahan pasang surut tak efektif meningkatkan hasil, karena pupuk yang masuk langsung ?dicaplok? oleh besi. Upaya meningkatkan daya tahan padi pun tidak tercapai. ?Karena itu mimpi saya menciptakan formula nutrisi yang dapat diserap di lahan pasang surut sehingga padi punya daya tahan tubuh menangkal besi,? kata Izhar. Salah satu caranya, menurut Izhar, ialah memberikan nutrisi lewat daun agar langsung dapat diserap tanaman dan terhindar ?dimangsa? oleh besi. ?Dengan pupuk daun meningkatkan produktifitas lahan seluas 100 ha bukan perkara sulit,? tambah Izhar.
Bukankah pupuk daun sudah banyak beredar? Menurut Izhar, formulasi pupuk daun yang beredar umumnya diracik untuk tanaman lahan beririgasi. Sementara padi rawa memiliki karakter berbeda. ?Ada rasio antara besi dengan nutrisi sehingga daya tahan tubuh padi tercapai,? kata Izhar. Ia mencontohkan jumlah K di dalam tanaman harus 1,5 lebih tinggi dibanding jumlah Fe agar tanaman tetap berproduksi optimal. Pun hara lain memiliki rasio yang berbeda. Bila hara kurang, maka besi tetap meracuni, sebaliknya bila kelebihan terjadi plasmolisis yang juga menyebabkan kematian.
Nah, bila mimpi peneliti yang baru saja menyelesaikan doktor pada Agustus 2012 itu tercapai, bukan tak mungkin di masa depan hamparan rawa pasang surut berubah menjadi sentra produksi padi yang kaya zat besi. Mirip hamparan sawah yang menghijau di jalur Pantura, Pulau Jawa.
Dan, sst?! Mau tahu resep Izhar mewujudkan mimpinya? ?Saya pikir indigenous knowledge masyarakat Banjar yang telah terbukti ratusan tahun perlu dipertahankan, sekaligus diberi sentuhan teknologi baru. Tentu disesuaikan dengan perubahan iklim dewasa ini.? Saya kurang yakin teknologi yang ?benar-benar baru? dan asing dapat menyulap rawa pasang surut,? katanya. Yuk, kita dukung Izhar menggapai mimpinya di Balittra. (Destika Cahyana)